27 Mei 2008

Jihad

Hari-hari kami selanjutnya penuh dengan perjuangan. indahnya Ramadhan pun sudah tak terasa. Shalat tarawih, dengar ceramah, sahur dan buka puasa bersama keluarga, bantu ibu di dapur menyiapkan makanan buka, shalat magrib berjamaah di rumah dan semua aktivitas ramadhan pun hampir tak ada lagi.
Yang ada hanya perjuangan, perjuangan dan perjuangan. Pagi-pagi kami sudah mandi dan bersiap ke perbatasan. Kami menggunakan baju yang seindah mungkin, berjaga-jaga siapa tahu hari ini adalah hari terakhir kami. Tak lupa ikat kepala hijau atau putih bertuliskan Allahu Akbar sebagai simbol perjuangan kami. Bambu runcing tetap berada di tangan kanan. Dengan Basmallah, kaki kanan mengawali langkah ini menuju panggilan jihad.



Semua warga usia SMP sampai yang dewasa melangkah dengan semangat jihad yang luar biasa. Walau hanya bermodalkan senjata rakitan, parang kalewa, bambu runcing, bom rakitan, dan minyak tanah, kami terus melangkah dengan pasti.
Ibu-ibu dan anak-anak tetap berada di pengungsian menyiapkan makanan dan keperluan perang lainnya. Ibu-ibu sudah pintar merakit bom, walau tanpa kursus. Mereka menbuat bom dari korek api kayu dengan beberapa bahan lainnya yang dimasukkan ke dalam botol kaca. Bom itu kadang menjadi senjata mujarab untuk menghantam lawan tapi tak sedikit yang kena senjata makan tuan dan tewas di medan perang.
Semangat jihadlah yang membuat kami anak-anak kecil tetap memegang bom itu dan membawanya sampai perbatasan. Kawan, janganlah kamu berpikir bahwa kami yang akan melemparnya ke arah lawan. Tentu saja bukan. Kami tak mampu untuk mempergunakannya karena lemparan kami masih lemah. Nilai lempar lembing dan tolak peluruku waktu SD kan cuma 6 jadi tak pantaslah aku menjadi pelempar bom.
Di masa-masa seperti ini, meninggal dengan tubuh tak utuh bukanlah sesuatu yang mengerikan. Berangkat dengan seratus personil, pulang pasti tak cukup. Banyak yang berpulang ke alam kekalnya pada saat jihad. Allah memanggil mereka ke jannah-Nya, menari-nari bersama bidadari nan cantik dan minum minuman surga nan segar.
Di bumi, harum darah mereka yang menetes di sepanjang jalan membakar semangat kami untuk berlomba-lomba menuju panggilan-Nya. Mereka pun dikuburkan di pekarangan masjid untuk mengenang bahwa mereka adalah para MUJAHIDIN….!!!!


By: Athie Imoet

0 komentar:

Design Dheedy_AS Dzelque Blogger Templates 2007-2008