17 Oktober 2009

Billing Explorer

Tidak Membebani PC Server & Client
Mampu menerima ratusan koneksi dari komputer Client tanpa harus membebani kerja dari komputer server. Kestabilan dan Sistem keamanan yang tinggi dan telah teruji pada PC’s LAN Games sehingga tidak menyebabkan komputer atau PC menjadi hang (macet).3. Variasi Login Client[b/]
Fasilitas login Client yang bervariasi seperti Personal, Member, Pre-Paid, Student, Game, Login Group dan sebagainya.4. Report Database
Fasilitas Report Database per hari/bulan/tahun
Merupakan ringkasan laporan yang menampilkan pendapatan masing-masing per operator Report database dapat dicetak ke Printer maupun di save ke File Text. File Report ini juga dapat dikirim melalui Email.

Ni ada Link bisa di unduh

http://www.ziddu.com/download/6951208/Server200.zip.html
http://www.ziddu.com/download/6950762/Client_R07.rar.html
http://www.ziddu.com/download/6950671/BEX.Kgn.F09.Win.zip.html


Selengkapnya.....

19 Juni 2008

Code Banner

Copy code below, insert into your blog

IPPAMSSI Online









Selengkapnya.....

27 Mei 2008

Jihad

Hari-hari kami selanjutnya penuh dengan perjuangan. indahnya Ramadhan pun sudah tak terasa. Shalat tarawih, dengar ceramah, sahur dan buka puasa bersama keluarga, bantu ibu di dapur menyiapkan makanan buka, shalat magrib berjamaah di rumah dan semua aktivitas ramadhan pun hampir tak ada lagi.
Yang ada hanya perjuangan, perjuangan dan perjuangan. Pagi-pagi kami sudah mandi dan bersiap ke perbatasan. Kami menggunakan baju yang seindah mungkin, berjaga-jaga siapa tahu hari ini adalah hari terakhir kami. Tak lupa ikat kepala hijau atau putih bertuliskan Allahu Akbar sebagai simbol perjuangan kami. Bambu runcing tetap berada di tangan kanan. Dengan Basmallah, kaki kanan mengawali langkah ini menuju panggilan jihad.



Semua warga usia SMP sampai yang dewasa melangkah dengan semangat jihad yang luar biasa. Walau hanya bermodalkan senjata rakitan, parang kalewa, bambu runcing, bom rakitan, dan minyak tanah, kami terus melangkah dengan pasti.
Ibu-ibu dan anak-anak tetap berada di pengungsian menyiapkan makanan dan keperluan perang lainnya. Ibu-ibu sudah pintar merakit bom, walau tanpa kursus. Mereka menbuat bom dari korek api kayu dengan beberapa bahan lainnya yang dimasukkan ke dalam botol kaca. Bom itu kadang menjadi senjata mujarab untuk menghantam lawan tapi tak sedikit yang kena senjata makan tuan dan tewas di medan perang.
Semangat jihadlah yang membuat kami anak-anak kecil tetap memegang bom itu dan membawanya sampai perbatasan. Kawan, janganlah kamu berpikir bahwa kami yang akan melemparnya ke arah lawan. Tentu saja bukan. Kami tak mampu untuk mempergunakannya karena lemparan kami masih lemah. Nilai lempar lembing dan tolak peluruku waktu SD kan cuma 6 jadi tak pantaslah aku menjadi pelempar bom.
Di masa-masa seperti ini, meninggal dengan tubuh tak utuh bukanlah sesuatu yang mengerikan. Berangkat dengan seratus personil, pulang pasti tak cukup. Banyak yang berpulang ke alam kekalnya pada saat jihad. Allah memanggil mereka ke jannah-Nya, menari-nari bersama bidadari nan cantik dan minum minuman surga nan segar.
Di bumi, harum darah mereka yang menetes di sepanjang jalan membakar semangat kami untuk berlomba-lomba menuju panggilan-Nya. Mereka pun dikuburkan di pekarangan masjid untuk mengenang bahwa mereka adalah para MUJAHIDIN….!!!!


By: Athie Imoet

Selengkapnya.....

anak negri

Sesungguhnya aku bukanlah anak yang lahir dari rahim seorang moluccas. Ayah dan ibuku sendiri berdarah sulawesi. Tapi ayahku lahir di Saparua, nama salah satu daerah di kepulauan Maluku. Kakekku (ayah dari ayahku) dulu adalah pejuang di Maluku dan kemudian menikah dan melahirkan anak-anaknya di Maluku. Ayahku bahkan tak pernah sekalipun menginjakkan kakinya di Sulawesi. Ayah dan ibu bertemu di Masohi (kota kabupaten Maluku Tengah), kemudian menikah dan lahirlah kami, lima bersaudara di kota ini.


Tak ada nama marga (fam yang menunjukkan kelurga besar orang maluku yang yang disematkan di belakang nama setiap anaknya secara turun temurun) di belakang namaku. Namaku singkat, Murniaty, itu saja. Sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku anak Maluku.
Satu-satunya identitas yang menunjukkan bahwa aku anak maluku adalah bahwa aku tahu tentang maluku baik bahasa, budaya, makanan, dan negerinya. Bagaimana tidak, aku lahir, besar dan menuntut ilmu disana.
Sejak kecil kami akrab dengan budaya maluku. Ayah dan ibuku bahkan tak pernah menggunakan bahasa sulawesi kepada kami. Bahasa komunikasi yang kami gunakan adalah bahasa maluku. Di setiap sekolah kami diperkenalkan tentang maluku dalam mata pelajaran budaya daerah. Semua tarian maluku mulai dari tari lenso sampai cakalele, makanan khas daerah mulai dari papeda sampai bagea, nyanyian-nyanyian merdu maluku, budaya sasi, pela-gandong, bambu gila, sampai pukul manyapu telah kami pelajari, kuasai bahkan sebagian telah dipraktekan. Hanya satu yang aku tak punya, MARGA. Itulah yang membuat aku tak pernah menjadi anak maluku seutuhnya. Walaupun jiwa dan ragaku telah ku persembahkan untuk maluku, tetap saja aku adalah anak pendatang, bukan anak negeri.
Dengan bertitel “bukan anak negeri”, menjadikan urusan yang berkaitan dengan pemerintah daerah menjadi sulit. Pernah, kakakku mengajukan sebuah permohonan beasiswa S2 kepada pemerintah daerah. Beasiswa itu tak pernah dikabulkan sampai kini kakakku telah menyelesaikan study S2-nya dengan biaya 100% dari gaji ayahku yang seorang PNS golongan III.
Kini, setelah aku menyelesaikan study S1-ku dan ingin melanjutkannya ke jenjang S2, ayahku yang cuma PNS golongan III sudah tidak mampu membiayai. Dan tentu saja, aku juga tak bisa mengemis kepada pemerintah daerah maluku untuk memberiku beasiswa karena aku bukan anak negeri. Lebih-lebih kepada pemerintah daerah sulawesi tenggara (daerah asal ayah dan ibuku), sungguh tak mungkin karena aku tidak tercatat dalam daftar penduduk sana.
Saat aku pusing dengan biaya sekolah, saat niat dan cita-cita ingin sekali melanjutkan pendidikan, saat harapan ingin kembali ke maluku untuk membangun potensi yang ada setelah bertitel Master Sains. Saat itulah, disudut barat pulau seram, pemerintah daerah telah mengirim anak-anak negerinya untuk mempelajari ilmu kedokteran di salah satu universitas di luar maluku dengan biaya pemerintah. saat itulah, anak-anak dari para pemimpin departemen, anak-anak para kepala dinas, anak-anak para PNS bergaji besar yang dibiayai pemerintah itu berkata “ aku tidak ingin kuliah, kuliahnya susah ”. dan saat itulah maka kamu akan menemukan mereka bertebaran di mall-mall sedang membeli pakaian seharga uang SPP-ku waktu S1, mereka bernyanyi ria di taman-taman bernyanyi, bermain billiard, makan di restorant ternama dan tertawa terbahak-bahak dimana saja mereka mau. Mereka adalah anak negeri. Dan aku……aku bukan siapa-siapa…..aku bukan anak negeri….!!!!

By: Athie Imoet

Selengkapnya.....

RMS

Apa yang terjadi di Maluku? Sampai saat ini aku tak tau. Berbagai issu tentang sebab musabab terjadinya kerusuhan Maluku telah aku dengar sejak tahun 1999 (kerusuhan Maluku yang pertama pada tanggal 19 januari) yaitu pada usiaku menjelang 15 tahun sampai saat ini (usiaku kini 23 tahun). Ya….sekitar 8 tahun. Issu yang berada pada reting pertama yaitu issu pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Kamu tahu RMS kan? Kamu pasti tahu, karena kita pernah diajarkan pada pelajaran sejarah….ingat nggak?




Dulu, waktu belajar sejarah aku selalu membayangkan kejadian perebutan NKRI oleh para pahlawan kita. Iiiihhh….. pasti menakutkan. Tapi aku yakin, semangat untuk merebut kemerdekaan itulah yang telah melunturkan semua rasa takut. Ibu pertiwi menjadi saksi akan keampuhan sebatang bambu runcing dalam mengalahan keangkuhan senjata modern. Dan sobat…..lihatlah….semua peristiwa yang hanya ada dalam buku sejarah itu, kini…..kami anak-anak Maluku telah merasakannya. Tapi konsep yang harus kami lakoni bukan mengusir penjajah, tapi kami harus berperang dengan saudara kami sendiri, teman kami sendiri, guru kami sendiri dan sesama orang Maluku yang telah terikat benang merah persaudaraan. Apa yang terjadi dengan Maluku?
Sobat, aku akan cerita sedikit tentang RMS. Aku hanya ingin kalian tahu, bahwa kami anak-anak Maluku telah mengenal RMS sejak kami masih dalam kandungan. Itulah yang membuat kami tak pernah asing dengan kata Republik Maluku Selatan. Dulu, waktu aku masih SD, setiap tanggal 25 april, tepatnya malam 25 (besoknya 25 april), disetiap sudut kota, sekolah-sekolah, rumah sakit, perkantoran, rumah-rumah warga dan semua tempat yang mempunyai tiang bendera harus diturunkan. Jika tiang tersebut tidak dapat diturunkan maka tempat itu harus dijaga baik oleh anak-anak pramuka, warga maupun aparat keamanan. Pada Malam 25, keadaan kota tegang. Sunyi.
Alasannya Cuma satu. 25 April adalah hari diproklamasikannya RMS. Dan tiang bendera diselamatkan karena takut RMS akan menaikkan benderanya di tiang-tiang tersebut. Hal ini berlangsung di setiap tanggal 25 april, sepanjang tahun.
Sobat, aku katakana kepadamu bahwa RMS tidak pernah mati. Kenapa? Karena pemerintah telah membiarkan RMS untuk tetap hidup. Sampai terjadilah kerusuhan Maluku 19 januari 1999. dan mulai saat itulah, RMS semakin menunjukkan batang hidungnya.
Sobat…..ingatkah kamu kejadian pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara dan mengibarkan benderanya pada Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing yang dilangsungkan di Lapngan Merdeka Ambon. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Walaupun ini bukan merupakan topik utama di berita-berita teve pada saat itu karena tertutupi oleh pemilihan gubernur Jakarta, tapi ini merupakan ancaman besar bagi kedaulatan NKRI.
Sejarah mencatat Republik Maluku Selatan adalah negara yang didirikan dengan maksud untuk memisahkan diri dari NKRI. Didirikan di sebelah selatan kepulauan Maluku, Indonesia pada tanggal 25 April 1950 dengan pimpinan antara lain:
• Presiden: J.H. Manuhutu (hingga 3 Mei 1950)
• Perdana Menteri: Albert Wairisal
• Menteri Luar Negeri: Mr. Dr. Chr. R. S. Soumokil (sejak 3 Mei 1950).
• Menteri Pendidikan: Johan Manusama (selama dua bulan, belakangan juga menjabat Menteri Pertahanan)
Pemberontakan ini berhasil digagalkan secara tuntas pada bulan November 1950, sementara para pemimpin RMS mengasingkan diri ke Belanda. Pada 1951 sekitar 4.000 orang Maluku Selatan tentara KNIL beserta keluarganya (jumlah keseluruhannya sekitar 12.500 orang), melarikan diri ke Belanda, yang saat itu diyakini hanya untuk sementara saja.
Pemimpin pertama RMS dalam pengasingan di Belanda adalah Prof. Johan Manusama dan kini Frans Tutuhatunewa.
Dr. Soumokil mengasingkan diri ke Pulau Seram. Ia ditangkap di Seram pada 2 Desember 1962, dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer, dan dilaksanakan di Kepulauan Seribu, Jakarta, pada 12 April 1966.
27 Desember 1949: Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, waktu itu Republik Indonesia Serikat (RIS). Kemudian, RIS membentuk Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Tapi, tentara KNIL asal Ambon tidak bersedia bergabung dengan Tentara Nasional Indonesia sebagai pasukan inti APRIS.
25 April 1950: Republik Maluku Selatan (RMS) diproklamasikan orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda (diantaranya Chr. Soumokil, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu), dengan presiden Dr. Chr. R. S. Soumokil -bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur. RMS bertujuan menjadi negara sendiri lepas dari Negara Indonesia Timur. Pemerintah Pusat yang mencoba menyelesaikan secara damai, mengirim tim yang diketuai Dr. Leimena.
13 Juli 1950: Konferensi Maluku di Semarang, dan para politikus asal Ambon minta pengiriman misi perdamaian ke Ambon. Tapi kemudian, misi yang terdiri dari para politikus, pendeta, dokter dan wartawan, gagal. Akhirnya, pemerintah pusat memutuskan untuk menumpas RMS, lewat kekuatan senjata. Dibentuklah pasukan di bawah pimpinan Kolonel A.A Kawilarang.
14 Juli 1950: Pasukan ekspedisi APRIS/TNI mulai menumpas pos-pos penting RMS. Sementara, RMS yang memusatkan kekuatannya di Pulau Seram dan Ambon, juga menguasai perairan laut Maluku Tengah, memblokade dan menghancurkan kapal-kapal pemerintah.
18 November 1950: Kota Ambon dikuasai APRIS. Soumokil menyelamatkan diri. Sisa-sisa RMS melarikan diri ke hutan dan untuk beberapa tahun lamanya melakukan kegiatan perlawanan.
18 Desember 1950: Pulau Seram dikuasai APRIS.
Februari 1951: Kabinet Belanda di Den Haag memutuskan, mengangkut sisa para serdadu Ambon di Jawa, untuk didemobilisasi di Belanda. Belanda berjanji, suatu hari mereka bisa mudik ke “Ambon yang bebas”.
21 Maret 1951: Rombongan pertama bekas prajurit Belanda asal Maluku (KNIL), bersama keluarga mereka, tiba di Rotterdam, Belanda menggunakan kapal laut. Kemudian, disusul sekitar 12 ribu dengan angkutan 14 kapal. Pemerintah Belanda memberitahukan keputusan Kabinet Belanda (Keputusan Februari 1951) yang memecat prajurit Ambon dari dinas kemiliteran KL. Menetap dan beranak pinak, jumlah orang Maluku, itu kini (2003) sekitar 45.000 jiwa.
1953: Manusama kabur dari New guinea atau Irian Barat ke Belanda. Tahun '50 an Suara di dalam masyarakat Maluku menyimpang dari masalah hak-hak militer KNIL ke realisasi dari idealisme politik RMS.
2 Desember 1963: Soumokil tertangkap.
1964: Soumokil diadili dan dijatuhi hukuman mati oleh Mahmilub.
12 April 1966: Presiden RMS, Soumokil, yang sejak 1963 dipenjara oleh pemerintah Indonesia dieksekusi. Partai kesatuan Badan Persatuan mengangkat Manusama sebagai penggantinya di tempat pengasingan.
1966: RMS berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda.
1970-an: Masyarakat Maluku di Belanda merasa tidak adil dan dikibuli Belanda. Mereka meluapkan emosi, melakukan serangkaian aksi kekerasan sepanjang 1970-an: mulai dari pendudukan kediaman duta besar RI di Wassenaar pada malam sebelum Soeharto tiba untuk kunjungan kenegaraan di Belanda (1970), serangan ke rumah Duta Besar RI di Wassenaar dan pembajakan kereta api di Wijster (1975-1977) yang akhirnya menelurkan persetujuan Wassenaar antara Belanda dan Indonesia mengenai pemulangan orang Maluku Belanda ke Indonesia secara sukarela, pembajakan kereta di De Punt dan penyanderaan anak sekolah di Bovensmilde (1977), sampai upaya untuk menculik Ratu Yuliana -tapi gagal.
Menghadapi aksi-aksi RMS itu, pemerintah Belanda menggeledah tempat tinggal anggota RMS, menangkap tokoh-tokoh RMS, menghukum mereka dan membekukan asset kekayaan yang dipakai untuk mendanai gerakan itu.
1978: Parlemen Belanda menutup kasus RMS, tidak mengadakan kontak resmi di antara dua pemerintahan.
1986: Penjelasan bersama dari pemerintah Belanda dan Badan Persatuan. Perjanjian mengenai jaminan hidup untuk ‘generasi pertama’ , pengaturan fasilitas perumahan dan peluang kerja bagi mereka (orang Maluku).
1992: Maluku Selatan menjadi anggota UNPO (Unrepresented Nations and Peoples Organisation), organisasi bangsa-bangsa dan rakyat yang tidak cukup terwakili di forum internasional, seperti PBB.
1993: Manusama menyerahkan kepemimpinan RMS kepada dokter yang telah pensiun F. Tutuhantunewa.
1996: Manusama meninggal.
25 April 2001: Pimpinan Eksekutif Forum Kedaulatan Maluku (FKM), Dr. Alex Manuputty, memelopori pengibaran bendera RMS pada peringatan ulang tahun proklamasi RMS, 25 April 2001, di kediamannya, kawasan Kudamati, Ambon. Akibatnya, Polda Maluku menangkap Alex pada Juni 2001, dengan tuduhan melanggar Pasal 106 KUHP dan 110 KUHP, tentang makar.
12 Februari 2002: Umat Islam dan Kristen di Maluku, yang terlibat konflik Maluku (sejak 19 Januari 1999), menandatangani perjanjian Malino. Salah satu kesepatakan adalah menolak segala bentuk gerakan separatis, termasuk RMS.
25 April 2002: Pada peringatan proklamasi RMS ke-51, diadakan pengibaran bendera RMS di Maluku. Akibatnya, sedikitnya 23 pengikut dan pendukung FKM ditangkap aparat keamanan. Kemudian, pendukung FKM mempraperadilankan Gubernur Maluku dan Kepala Kejaksaan Tinggi setempat lantaran penangkapan, penahanan dan pemeriksaan terhadap 15 tersangka pelaku pengibaran bendera RMS yang digerebek di beberapa lokasi di Pulau Saparua, Maluku Tengah, dianggap tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
Di Den Haag, RMS memperingati hari proklamasinya di gedung olahraga Uichof dengan dihadiri sekitar 1000-2000 orang Maluku.
28 Agustus 2002: Lima belas tersangka, itu diadili, dianggap melanggar kedaulatan
22 Oktober 2002: Majelis hakim PN Ambon memvonis 2-5 tahun penjara potong tahanan terhadap 15 tersangka pendukung FKM yang mengibarkan bendera RMS, 25 April 2002.
17 Maret 2003: Pimpinan Eksekutif dan Pimpinan Yudikatif FKM, Dr.Alexander Hendriks Manuputty dan Waleruny Semuel alias Semmy, ditangkap untuk kedua kalinya oleh Polda Maluku.
25 April 2003: Sekitar 60 orang ditahan aparat keamanan di Ambon, berkaitan dengan peringatan hari ulang tahun RMS. Lantaran didapati menjahit atau mengibarkan bendera RMS yang diberi nama "Benang Raja". Dari 139 pengikut RMS yang ditangkap itu, 129 diantaranya dijadikan tersangka
28 Juni 2003: Sebanyak 39 anggota RMS yang ditahan di Kepolisian Resor Ambon sejak 25 April, dipindahkan ke lembaga pemasyarakatan Nania. Mereka ditahan, karena terbukti melanggar larangan pengibaran bendera RMS.
25 April 2004: Ratusan pendukung RMS memancangkan bendera RMS di Kudamati. Kemudian, beberapa aktifisnya diarak polisi ke Markas Polda. Lalu terjadi konflik dengan kelompok Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4 Mei 2004: Dua pentolan gerakan sparatis RMS, Yacobus dan Matius diringkus aparat dari Polda Jawa Timur di Bandara Juanda, Surabaya.
6 Mei 2004: 11 tersangka FKM/RMS digiring ke Mabes Polri, diantaranya Sekjen FKM/RMS Moses Tuanakota, istri Alex Manuputi (nyonya Olli Manuputi) dan putri Alex (Kristina Manuputi).
Sobat, itulah sejarah yang mencatat berbagai peristiwa tentang RMS. Ternyata peristiwa itu tidak terhenti sampai penangkapan aktifis RMS. Dan puncak yang paling memalukan adalah pengibaran bendera RMS di depan Presiden Republik Indonesia baru-baru ini. Sebuah bukti yang menunjukkan bahwa RMS tidak akan pernah mati.
Issu inilah yang dijadikan sebagai kambing hitam terjadinya konflik Maluku. Pada saat kerusuhan Maluku yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku. Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai sekarang tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Maluku.
Sedangkan mayoritas masyarakat Maluku melihat peristiwa pemberontakan RMS sebagai masa lalu yang suram dan ancaman bagi perkembangan kedamaian dan keharmonisan serta upaya pemulihan setelah perisitiwa kerusuhan Maluku.

By : Athie Imoet

Selengkapnya.....

serangan fajar

Malam ini Ramadhan ke 20….. pukul 24.00 dini hari. Tiba-tiba kami dikejutkan dengan bunyi yang tidak biasa. Pukulan tiang listrik yang biasanya dipukul untuk menunjukkan waktu saat itu, kini bunyinya lebih banyak dan nyaring, saling bersahutan, bukan 12 kali, bukan pula 24 kali tapi 50….100… bahkan sampai tak terhitung…..bunyi itu kemudian dibalas dengan rentetan bunyi tembakan senjata api dan sesekali dentuman bom yang menggetarkan tanah dan rumah-rumah.
Tok…tok…tok…jendela kamar kami diketok ….” Bu, ayo lari….kita diserang…” kata suara dari luar dengan agak berbisik memanggil ibuku.
Ibuku kemudian membuka pintu depan rumah kami dan melihat siapa yang memanggilnya dari luar. Ternyata yang memanggilnya adalah seorang nenek tetangga kami yang biasa kami panggil dengan sebutan nenek Ical (nama salah satu cucunya).
Ayahku bergegas ke belakang mengambil Kalewa yang panjangnya sekitar satu meter yang telah diasahnya sampai tajam dan mengkilap. Sedangkan ibuku dibantu nenek ical membungkus adikku yang baru berumur dua bulan dengan sarung, diikatnya sehelai kain di tubuhnya kemudian adik dipeluknya dan diikatnya lagi dengan kain sehingga tidak terlepas dari pelukkannya. Aku menggendong adik lelakiku yang baru berumur 4 tahun dan kakak perempuanku menggendong adik perempuanku yang baru berumur 6 tahun.
Kami berlari menyisir tepi jalan raya sambil melirik ke kiri, ke kanan dan ke belakang sambil waspada kalau-kalau ada peluru yang ditembakkan kearah kami. Kami berjalan dan terus berjalan tanpa tahu arah dan tujuan. Ayahku berada di depan sebagai penunjuk jalan. Kadang kami harus menyusup di samping rumah orang sambil berjalan perlahan-lahan bagai seorang pencuri profesional yang sedang mencari waktu yang tepat untuk masuk ke rumah sasaran pencurian tanpa membangunkan sang korban. Kadang kami berlari secepat mungkin menyeberangi jalan raya karena takut terkena tembakan dari yang berasal dari arah timur. Kami berjalan dan terus berjalan dengan menahan rasa perih dikaki ini karena pada saat itu kami berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Siapa yang peduli dengan sepasang alas kaki pada situasi seperti ini? Bahkan ijazah SDku, dan surat-surat penting lainnya tak sempat terpikirkan karena nyawa ini harus diselamatkan.



Alam saat itu begitu gelap, tak tampak satu bintang pun di langit sana. Listrik dari PLN dipadamkan menjadikan suasana kota ini semakin mencekam. Rentetan bunyi tembakan tetap bersahutan. Kadang aku melihat kilatan-kilatan merah yang sangat cepat melayang ke angkasa. Sesekali bunyi bom bagai memecah gendang telinga dan sahut-sahutan bunyi tiang listrik masih menghiasi malam ini.
Perjalanan kami berhenti disebuah rumah yang berada di tengah-tengah kampung kami, dan ayahku memutuskan agar malam ini kami menginap disini. Kami masuk rumah itu yang merupakan rumah dari kakak perempuan ayah. Aku kaget, karena ternyata di dalam rumah itu, telah berkumpul begitu banyak warga dengan tujuan yang sama seperti kami “MENGUNGSI”. Semuanya sedang duduk, ada yang menangis, ada sedang ketakutan sambil memeluk lututnya, ada yang diam, ada yang sedang mengurusi anaknya dan masih banyak aktivitas lain yang kesemuaannya dilakukan dalam keadaan duduk. Kami bahkan hampir tak dapat tempat untuk duduk,untungnya tanteku (tuan rumah) memindahkan tempat TV sehingga kami mengambil bekas tempat TV itu sebagai tempat istirahat kami.
Malam itu, tak ada yang bisa tidur, kalaupun ada mereka hanya memejamkan matanya sebentar kemudian terbangun lagi. Siapa yang bias tidur dalam situasi seperti ini?
Pukul 02.05 dini hari…. Suasana masih mencekam seperti dua jam yang lalu. Aku tak melihat ayah, kemanakah beliau? Semenjak kami mendapat tempat untuk duduk, aku tak pernah melihatnya. Akupun bertanya pada ibu: “bu, dimanakah ayah?” sambil menidurkan adik bungsuku ibu menjawab; “ayah lagi berjaga-jaga di rumah, takutnya ada penyerangan dan membakar rumah kita”.
Letak rumahku memang sangat strategis. Hanya dengan sekali lemparan bom dari arah penyerang bisa langsung hancur dan terbakar. Rumahku terletak diperbatasan antara kampung kami dengan kampung orang-orang yang menyerang kami. Mengingat ayah yang berjaga disana, hatiku perih dan sedetik kemudian setetes air mataku jatuh. Aku kangen ayah…..!
Adik bungsuku telah tertidur lelap dipelukkan ibu, begitupun kedua adik lelaki dan perempuanku. Adik lelakiku tertidur lelap dipelukanku dan adik perempuanku terlelap dipelukan kakakku. Aku melihat mereka dan sedetik kemudian setetes air mataku pun jatuh. Oh….apa yang terjadi pada kami?
Pukul 03.50 dini hari. Saatnya untuk sahur. Tuan rumah menyediakan makanan untuk sahur tapi tentu saja tidak cukup untuk seluruh pengungsi yang ada di rumah itu, jadi makanan itu dibagi secukupnya yang penting bisa mengganjal perut kami untuk berpuasa esok hari. Untuk bayi, tuan rumah menyediakan bubur, aku melihat adik bungsuku memakan bubur tersebut dengan lahapnya, matanya bersinar gembira. Adik yang belum mempunyai nama itu tak tahu bahwa senyumnya itu bisa saja menjadi senyumannya yang terakhir. sedetik kemudian setetes air mataku pun jatuh lagi. Ya Allah…. Lindungilah kami…..!!!
Pukul 05.00…. adzan berkumandang, tanda shalat subuh akan dilaksanakan. Sesekali masih terdengan bunyi rentetan senjata dan ledakan bom tapi tidak seramai semalam. Aku melihat suasana di rumah pengungsian ini mulai ramai, entah apa yang sedang dipersiapkan. “mungkin mereka sedang bersiap-siap untuk melaksanakan shalat di Masjid yang kebetulan hanya berjarak 100 meter dari rumah pengungsian ini” aku berkata dalam hati. “tapi kenapa mereka mempersiapkan kalewa?” hatiku yang lain bertanya.
Beberapa orang mulai mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat subuh, dan beberapa lainnya menunggu gilirannya. Setelah melaksanakan shalat subuh, mereka berdoa dengan khusyuknya. Aku merinding melihatnya. Dalam situasi seperti ini, kematian seakan-akan di depan mata sehingga menjadikan shalat subuh ini seolah-olah merupakan shalat yang terakhir. Begitu khusyuknya.
Pukul 05.30…. situasi semakin mencekam. “Apa yang akan terjadi?” hatiku bertanya lagi. Aku melihat ada beberapa orang telah menyiapkan dirinya, memakai ikat kepala berwarna putih bertuliskan Allahu Akbar, memegang kalewa yang telah terasah setajam-tajamnya, dan menggunakan pakaiannya yang paling bersih. Situasi rumah ini semakin ramai dan ribut. Setelah menyiapkan dirinya, mereka pun bergegas keluar. Entah kemana???.

Pukul 06.00. tak ada seorang pun di dalam rumah itu yang tidur, semua tegang, karena situasi seperti semalam terjadi lagi, bahkan lebih dahsyat. Tembakan dengan ledakan bom saling mengejek, lantunan Allahu Akbar berkobar dimana-mana. Aku berlari keluar…. Merah…langit menjadi merah…. Kebakaran dimana-mana… bau asap menusuk hidung dan membuat mata menjadi perih. Dan akupun tahu bahwa saat ini, orang-orang yang semalam terlihat sedang bersiap-siap itu sedang melakukan serangan balik…SERANGAN FAJAR.

By: Athie Imoet


Selengkapnya.....

PERJANJIAN DAMAI MALUKU DI MALINO (MALINO II)

ISI PERJANJIAN DAMAI MALUKU DI MALINO (MALINO II)


1. Mengakhiri semua bentuk konflik dan perselisihan.

2. Menegakkan supremasi hukum secara adil dan tidak memihak. Karena itu, aparat harus bertindak profesional dalam menjalankan tugasnya.

3. Menolak segala bentuk gerakan separatis termasuk Republik Maluku Selatan.

4. Sebagai bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maka bagi semua orang berhak untuk berada dan berusaha di wilayah Maluku dengan memperhatikan budaya setempat.

5. Segala bentuk organisasi, satuan kelompok atau laskar bersenjata tanpa izin di Maluku dilarang dan harus menyerahkan senjata atau dilucuti dan diambil tindakan sesuai hukum yang berlaku. Bagi pihak pihak luar yang mengacaukan Maluku wajib meninggalkan Maluku.



6. Untuk melaksanakan seluruh ketentuan hukum, maka perlu dibentuk tim investigasi independen nasional untuk mengusut tuntas peristiwa 19 Januari, Front Kedaulatan Maluku, Kristen RMS, Laskar Jihad, Laskar Kristus, dan pengalihan agama secara paksa.

7. Mengembalikan pengungsi secara bertahap ketempat semula sebelum konflik.

8. Pemerintah akan membantu masyarakat merehabilitasi sarana ekonomi dan sarana umum seperti fasilitas pendidikan, kesehatan dan agama serta perumahan rakyat agar masa depan seluruh rakyat Maluku dapat maju kembali dan keluar dari kesulitan.

9. Sejalan dengan itu, segala bentuk pembatasan ruang gerak penduduk dibuka sehingga kehidupan ekonomi dan sosial berjalan dengan baik.

10. Dalam upaya menjaga ketertiban dan keamanan seluruh wilayah dan masyarakat diharapkan adanya kekompakan dan ketegasan untuk TNI/POLRI sesuai fungsi dan tugasnya. Sejalan dengan itu, segala fasilitas TNI segera dibangun kembali dan dikembalikan fungsinya.

11. Untuk menjaga hubungan dan harmonisasi seluruh masyarakat, pemeluk agama Islam dan Kristen maka segala upaya dan usaha dakwah harus tetap menjunjung tinggi undang-undang dan ketentuan lain tanpa pemaksaan.
Mendukung rehabilitasi khususnya Universitas Pattimura dengan prinsip untuk kemajuan bersama. Karena itu, rekrutmen dan kebijakan lainnya dijalankan secara terbuka dengan prinsip keadilan dan tetap memenuhi syarat keadilan.

Selengkapnya.....

Design Dheedy_AS Dzelque Blogger Templates 2007-2008