29 Januari 2008

Puisi untuk para Scooterist maupun Vespa Mania

Kilat warnamu vespamu..
Bikin silau mataku...
Laga dan Gayamu tak pernahragu..
Mungkin engkau anggap vespamu paling nomer satu..
Disaat Scooter mania maupun Vespa mania bertemu...
Apa engkau enggak tau dirimu itu lugu...
Sok kenal,sok dekat, sok tau...
Apa engkau enggak tau bahwa scootermu itu lucu...
Sok gaul number one bagimu...
Hey vespa mania...
Hey scooter mania...
Jauhkan dirimu dari gaya itu...!!
Hey vespa mania...
Hey scooter mania...
Ingat kita adalah SATU...!!

Selengkapnya.....

27 Januari 2008

Mutiara Kata Khalil Gibran

PERPISAHAN
Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan - seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran. KATA TERINDAH
Kata yang paling indah di bibir umat manusia adalah kata ‘Ibu’, dan panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta, kata manis dan baik yang keluar dari kedalaman hati. SAHABAT SEJATI
Tidak ada sahabat sejati yang ada hanya kepentingan. PERSAHABATAN
Persahabatan itu adalah tanggungjawaban yang manis, bukannya peluang. SULUH HIDUP
Tuhan telah memasang suluh dalam hati kita yang menyinarkan pengetahuan dan keindahan;berdosalah mereka yang mematikan suluh itu dan menguburkannya ke dalam abu.


PENYAIR
Penyair adalah orang yang tidak bahagia, kerana betapa pun tinggi jiwa mereka, mereka tetap diselubungi airmata. Penyair adalah adunan kegembiraan dan kepedihan dan ketakjuban, dengan sedikit kamus. Penyair adalah raja yang tak bertakhta, yang duduk di dalam abu istananya dan cuba membangun khayalan daripada abu itu. Penyair adalah burung yang membawa keajaiban. Dia lari dari kerajaan syurga lalu tiba di dunia ini untuk berkicau semerdu-merdunya dengan suara bergetar. Bila kita tidak memahaminya dengan cinta di hati, dia akan kembali mengepakkan sayapnya lalu terbang kembali ke negeri asalnya. SUARA KEHIDUPANKU
Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita cuba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tidak merasa jemu. KEINDAHAN KEHIDUPAN
Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. Dan kalian adalah kehidupannya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yag termangu di depan cermin. Dan kalian; adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu. RUMAH
Rumahmu tak akan menjadi sebuah sangkar, melainkan tiang utama sebuah kapal layar. PUISI
Puisi bukanlah pendapat yang dinyatakan. Ia adalah lagu yang muncul daripada luka yang berdarah atau mulut yang tersenyum. NILAI
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya. PENDERITAAN
Penderitaan yang menyakitkan adalah koyaknya kulit pembungkus kesedaran- seperti pecahnya kulit buah supaya intinya terbuka merekah bagi sinar matahari yang tercurah. Kalian memiliki takdir kepastian untuk merasakan penderitaan dan kepedihan. Jika hati kalian masih tergetar oleh rasa takjub menyaksikan keajaiban yang terjadi dalam kehidupan, maka pedihnya penderitaan tidak kalah menakjubkan daripada kesenangan. Banyak di antara yang kalian menderita adalah pilihan kalian sendiri - ubat pahit kehidupan agar manusia sembuh dari luka hati dan penyakit jiwa. Percayalah tabib kehidupan dan teguk habis ramuan pahit itu dengan cekal dan tanpa bicara. SAHABAT
Sahabat adalah keperluan jiwa yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau subur dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa memerlukan kedamaian. SIKAP MANUSIA
Jauhkan aku dari manusia yang tidak mahu menyatakan kebenaran kecuali jika ia berniat menyakiti hati, dan dari manusia yang bersikap baik tapi berniat buruk, dan dari manusia yang mendapatkan penghargaan dengan jalan memperlihatkan kesalahan orang lain. DUA HATI
Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati; satu hati menangis dan yang satu lagi bersabar. HUTANG KEHIDUPAN
Periksalah buku kenanganmu semalam, dan engkau akan tahu bahwa engkau masih berhutang kepada manusia dan kehidupan. INSPIRASI
Inspirasi akan selalu bernyanyi; kerana inspirasi tidak pernah menjelaskan. POHON
Pohon adalah syair yang ditulis bumi pada langit. Kita tebang pohon itu dan menjadikannya kertas, dan di atasnya kita tulis kehampaan kita. FALSAFAH HIDUP
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat -keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan . Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta KERJA
Bekerja dengan rasa cinta, bererti menyatukan diri dengan diri kalian sendiri,dengan diri orang lain dan kepada Tuhan. Tapi bagaimanakah bekerja dengan rasa cinta itu ? Bagaikan menenun kain dengan benang yang ditarik dari jantungmu, seolah-olah kekasihmu yang akan memakainya kelak. LAGU GEMBIRA
Alangkah mulianya hati yang sedih tetapi dapat menyanyikan lagu kegembiraan bersama hati-hati yang gembira. KEBEBASAN
Ada orang mengatakan padaku, “Jika engkau melihat ada hamba tertidur, jangan dibangunkan, barangkali ia sedang bermimpi akan kebebasan.”
Kujawab,”Jika engkau melihat ada hamba tertidur, bangunkan dia dan ajaklah berbicara tentang kebebasan.” ORANG TERPUJI
Sungguh terpuji orang yang malu bila menerima pujian, dan tetap diam bila tertimpa fitnah. BERJALAN SEIRINGAN
Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan. Kerana aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu. DOA
Doa adalah lagu hati yang membimbing ke arah singgahsana Tuhan meskipun ditingkah oleh suara ribuan orang yang sedang meratap. PENYIKSAAN
Penyiksaan tidak membuat manusia tak bersalah jadi menderita: penindasan pun tak dapat menghancurkan manusia yang berada di pihak Kebenaran: Socrates tersenyum ketika disuruh minum racun, dan Stephen tersenyum ketika dihujani dengan lemparan batu. Yang benar-benar menyakitkan hati ialah kesedaran kita yang menentang penyiksaan dan penindasan itu, dan terasa pedih bila kita mengkhianatinya. KATA-KATA
Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyedari akan keabadiannya. BICARA WANITA
Bila dua orang wanita berbicara, mereka tidak mengatakan apa-apa; tetapi jika seorang saja yang berbicara, dia akan membuka semua tabir kehidupannya. KESEDARAN
Aku tidak mengetahui kebenaran mutlak. Tetapi aku menyedari kebodohanku itu, dan di situlah terletak kehormatan dan pahalaku. ILMU DAN AGAMA
Ilmu dan agama itu selalu sepakat, tetapi ilmu dan iman selalu bertengkar. NILAI BURUK
Alangkah buruknya nilai kasih sayang yang meletakkan batu di satu sisi bangunan dan menghancurkan dinding di sisi lainnya. MENUAI CINTA
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka fikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. KEHIDUPAN
Sebab kehidupan tidak berjalan mundur, pun tidak tenggelam dimasa lampau. KERJA
Kerja adalah wujud nyata cinta. Bila kita tidak dapat bekerja dengan kecintaan, tapi hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaan itu. Lalu, duduklah di gerbang rumah ibadat dan terimalah derma dari mereka yang bekerja dengan penuh suka cita. SELAMATKAN AKU
Selamatkan aku dari dia yang tidak mengatakan kebenaran kecuali kalau kebenaran itu menyakiti; dan dari orang yang berperilaku baik tetapi berniat buruk; dan dari dia yang memperoleh nilai dirinya dengan mencela orang lain. CINTA
Salahlah bagi orang yang mengira bahwa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama dan rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan abad. CINTA
Ketika cinta memanggilmu maka dekatilah dia walau jalannya terjal berliku, jika cinta memelukmu maka dakaplah ia walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu. CINTA
Cinta tidak menyedari kedalamannya dan terasa pada saat perpisahan pun tiba. Dan saat tangan laki-laki menyentuh tangan seorang perempuan mereka berdua telah menyentuh hati keabadian. CINTA
Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia kerana cinta itu membangkitkan semangat- hukum-hukum kemanusiaan dan gejala alami pun tak mampu mengubah perjalanannya. CINTA
Jika cinta tidak dapat mengembalikan engkau kepadaku dalam kehidupan ini, pastilah cinta akan menyatukan kita dalam kehidupan yang akan datang ATAS NAMA CINTA
Jangan kau kira cinta datang dari keakraban yang lama dan pendekatan yang tekun. Cinta adalah kesesuaian jiwa dan jika itu tak pernah ada, cinta tak akan pernah tercipta dalam hitungan tahun bahkan abad. CINTA YANG BERLALU
Cinta berlalu di depan kita, terbalut dalam kerendahan hati; tetapi kita lari daripadanya dalam ketakutan, atau bersembunyi di dalam kegelapan; atau yang lain mengejarnya, untuk berbuat jahat atas namanya. CINTA LELAKI
Setiap lelaki mencintai dua orang perempuan, yang pertama adalah imaginasinya dan yang kedua adalah yang belum dilahirkan. TAKDIR CINTA
Aku mencintaimu kekasihku, sebelum kita berdekatan, sejak pertama kulihat engkau. Aku tahu ini adalah takdir. Kita akan selalu bersama dan tidak akan ada yang memisahkan kita. CINTA PERTAMA
Setiap orang muda pasti teringat cinta pertamanya dan mencuba menangkap kembali hari-hari asing itu, yang kenangannya mengubah perasaan direlung hatinya dan membuatnya begitu bahagia di sebalik, kepahitan yang penuh misteri. LAFAZ CINTA
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada. LAFAZ CINTA
Jangan menangis, Kekasihku… Janganlah menangis dan berbahagialah, kerana kita diikat bersama dalam cinta. Hanya dengan cinta yang indah… kita dapat bertahan terhadap derita kemiskinan, pahitnya kesedihan, dan duka perpisahan. KALIMAH CINTA
Apa yang telah kucintai laksana seorang anak yang tak henti-hentinya aku mencintai… Dan, apa yang kucintai kini… akan kucintai sampai akhir hidupku, kerana cinta ialah semua yang dapat kucapai… dan tak ada yang akan mencabut diriku dari padanya CINTA DAN AIRMATA
Cinta yang dibasuh oleh airmata akan tetap murni dan indah sentiasa. WANITA
Seorang wanita telah dilengkapi oleh Tuhan dengan keindahan jiwa dan raga adalah suatu kebenaran, yang sekaligus nyata dan maya, yang hanya bisa kita fahami dengan cinta kasih, dan hanya bisa kita sentuh dengan kebajikan. BANGSA
Manusia terbahagi dalam bangsa, negara dan segala perbatasan. Tanah airku adalah alam semesta. Aku warganegara dunia kemanusiaan. KESENANGAN
Kesenangan adalah kesedihan yang terbuka bekasnya. Tawa dan airmata datang dari sumber yang sama.
Semakin dalam kesedihan menggoreskan luka ke dalam jiwa semakin mampu sang jiwa menampung kebahagiaan; WARISAN
Manusia yang memperoleh kekayaannya oleh kerana warisan, membangun istananya dengan yang orang-orang miskin yang lemah. RESAH HATI
Jika manusia kehilangan sahabatnya, dia akan melihat sekitarnya dan akan melihat sahabat-sahabatnya datang dan menghiburkannya. Akan tetapi apabila hati manusia kehilangan kedamaiannya, dimanakah dia akan menemukannya, bagaimanakah dia akan bisa
memperolehinya kembali? JIWA
Tubuh mempunyai keinginan yang tidak kita ketahui. Mereka dipisahkan kerana alasan duniawi dan dipisahkan di hujung bumi. Namun jiwa tetap ada di tangan cinta… terus hidup… sampai kematian datang dan menyeret mereka kepada Tuhan. LUAHAN
Setitiss airmata menyatukanku dengan mereka yang patah hati; seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan… Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan…dari aku hidup menjemukan dan putus asa. LAGU KEINDAHAN
Jika kamu menyanyikan lagu tentang keindahan, walau sendirian di puncak gurun, kamu akan didengari. DIRI
Dirimu terdiri dari dua; satu membayangkan ia mengetahui dirinya dan yang satu lagi membayangkan bahawa orang lain mengetahui ia. TEMAN MENANGIS
Kamu mungkin akan melupakan orang yang tertawa denganmu, tetapi tidak mungkin melupakan orang yang pernah menangis denganmu. PEMAHAMAN DIRI
Orang-orang berkata, jika ada yang dapat memahami dirinya sendiri, ia akan dapat memahami semua orang. Tapi aku berkata, jika ada yang mencintai orang lain, ia dapat mempelajari sesuatu tentang dirinya sendiri. HATI LELAKI
Ramai wanita yang meminjam hati laki-laki; tapi sangat sedikit yang mampu memilikinya. PENULIS
Kebanyakan penulis menampal fikiran-fikiran mereka yang tidak karuan dengan bahan tampalan daripada kamus. HARTA BENDA
Harta benda yang tak punya batas, membunuh manusia perlahan dengan kepuasan yang berbisa. Kasih sayang membangunkannya dan pedih peri nestapa membuka jiwanya. OBOR HATI
Tuhan telah menyalakan obor dalam hatimu yang memancarkan cahaya pengetahuan dan keindahan; sungguh berdosa jika kita memadamkannya dan mencampakkannya dalam abu. KESEPIAN
Kesepianku lahir ketika orang-orang memuji kelemahan-kelemahanku yang ramah dan menyalahkan kebajikan-kebajikanku yang pendiam. KEABADIAN PANTAI
Aku berjalan selalu di pantai ini. Antara pasir dan buih, Air pasang bakal menghapus jejakku. Dan angin kencang menyembur hilang buih putih. Namun lautan dan pantai akan tinggal abadi MEMAHAMI TEMAN
Jika kamu tidak memahami teman kamu dalam semua keadaan, maka kamu tidak akan pernah memahaminya sampai bila-bila. MANUSIA SAMA
Jika di dunia ini ada dua orang yang sama, maka dunia tidak akan cukup besar untuk menampung mereka. MENCINTAI
Kekuatan untuk mencintai adalah anugerah terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia, sebab kekuatan itu tidak akan pernah direnggut dari manusia penuh berkat yang mencinta. CERMIN DIRI
Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu,
kamu memandang ke dalam diriku dan melihat bayanganmu. Kemudian kamu berkata,
Aku cinta kamu.
Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku KEBIJAKSANAAN
Kebijaksanaan tidak lagi merupakan kebijaksanaan apabila ia menjadi terlalu angkuh untuk menangis, terlalu serius untuk tertawa, dan terlalu egois untuk melihat yang lain kecuali dirinya sendiri. KEBENARAN
Diperlukan dua orang untuk menemui kebenaran; satu untuk mengucapkannya dan satu lagi untuk memahaminya. NYANYIAN PANTAI
Apakah nyanyian laut berakhir di pantai atau dalam hati-hati mereka yang mendengarnya?

Selengkapnya.....

Seni Sebagai fokus budaya

I

Penempatan unsur seni sebagai fokus budaya bisa dipahami, baik dalam pengertian negatif maupun positif. Dalam pengertian negatif, seni memang merupakan unsur penting, sekaligus isi kebudayaan, tetapi bukan harus diartikan yang paling penting di antara ketujuh unsur penting lainnya seperti telah disebut di atas. Anggapan sebagian banyak orang yang memandang bahwa seni adalah sama dengan budaya, atau kesenian adalah sama dengan kebudayaan, baik sadar maupun tidak sadar mereka telah mereduksi atau mengecilkan makna kebudayaan. Bahkan ada yang beranggapan bahwa jika orang telah ‘tahu’ atau berprofesi sebagai salah satu jenis kesenian tertentu, serta merta orang tersebut lalu disebut ‘budayawan’. Ironinya media massa sering ikut melegitimasikan demikian terhadap seniman-seniman tertentu yang dipandang telah kondang. Ini jelas merugikan, baik orang yang bersangkutan maupun eksistensi kebudayaan.
Pengertian positif, baik Ernst Cassirer, salah seorang filsuf kebudayaan terbesar abad ke-20, maupun Clifford Geertz, salah seorang antropolog kenamaan, keduanya, mempermasalahkan hubungan antara manusia dan kebudayaan. Keduanya memandang manusia merupakan esensi dalam kebudayaan. Cassirer meletakkan kebudayaan sebagai usaha manusiawi untuk memahami diri sendiri dan mengatasi persoalan-persoalan melalui kreasi akal-budi dan penggunaan simbol-simbol. Bentuk-bentuk simbolis yang penting dari kehidupan manusia mendapat tekanan utama, salah satu di antaranya yang dianggap penting ialah seni. Sedangkan menurut Geertz, untuk mendekati peristiwa sosial, perlulah seorang ilmuwan tidak sekadar mencari hubungan sebab-akibat, melainkan berupaya memahami makna yang dihayati dalam sebuah kebudayaan. Kebudayaan, masih menurut Geertz, adalah anyaman makna-makna, dan manusia adalah binatang yang terperangkap dalam jerat-jerat makna itu. Maka, kebudayaan bersifat semiotik dan kontekstual. Pendek kata, manusia, kemanusiaan, memanusiakan manusia secara manusiawi, humanitas, merupakan tema-tema yang biasa dijadikan fokus garapan dalam berkesenian.


II
Dalam kesempatan ini saya memilih Seni Teater sebagai Seni Pertunjukan, salah satu jenis kesenian, untuk dijadikan fokus bahasan dalam perspektif sosial budaya.
Seni Teater (terdapat hampir di seluruh daerah wilayah Indonesia) merupakan jenis seni pertunjukan yang bersifat kolektif, kompleks, rumit, dan sangat akrab dengan publiknya, yaitu ‘masyarakat seni teater’ sebagai seni pertunjukan. Termasuk di dalamnya: pencipta seni, para pekerja seni, karya seninya itu sendiri, manager, kelompok (group) seni, pengayom atau maesenas seni (lembaga pemerintah atau non-pemerintah), alam semesta dan lingkungan seni (poleksosbud hankam, iptek, seni, dan pariwisata) yang bisa dijadikan bahan atau sumber inspirasi bagi para seniman untuk melakukan proses kreatif seni, lembaga sekolah atau kampus (baik formal maupun non-formal), sanggar, kelompok, paguyuban, penikmat, pemerhati, kritikus seni atau peneliti seni, pelatih atau pengajar seni, baik guru, dosen, maupun empu seni, dan jangan lupa para penonton karya seni (baik para pecandu seni maupun yang awam seni sekali pun). Baik menggunakan sarana visual, auditif, audiovisual, dan sebagainya. Baik melalui media panggung pementasan atau pergelaran, media cetak, elektronik, audiovisual atau teve, maupun komputer. Khusus penonton, menurut hemat saya bukan sekadar berkedudukan sebagai faktor penunjang, melainkan merupakan komponen atau unsur bagi setiap seni pertunjukan. Tanpa penonton, penyebutan istilah ‘seni pertunjukan’ menjadi aneh, sebab lalu dipertunjukkan atau dipertontonkan kepada siapa? Itulah sebabnya, pengkajian atau penelitian terhadap motivasi, psikologi, sikap atau perilaku para penonton menjadi penting artinya. Juga buat para pejabat atau penguasa yang sering kurang ramah, bahkan mengecilkan arti terhadap tontonan dan penonton, sehingga mengambil ‘jalan pintas’ sebaiknya melarang saja suatu seni pertunjukan yang dikhawatirkan bisa menimbulkan ‘anarkis’.
Seni Teater sebagai Seni Pertunjukan merupakan lembaga sosial, dokumentasi sosial, cermin sosial, moral sosial, eksperimen sosial, sistem, sosial, sistem semiotik, baik semiotik sosial maupun semiotik budaya yang amat kaya akan nuansa makna yang terkandung dalam tanda-tanda yang terbangun oleh Seni Pertunjukan, baik tanda-tanda ikonik, indeksikal, maupun tanda-tanda simbolis.
Dalam proses dramaturgi, sebagai sebuah proses teater, seni teater sebagai seni pertunjukan merupakan tempat pertemuan, kolaborasi hampir seluruh cabang seni dan seniman di dalamnya (bahkan termasuk non-seni dan non-seniman sekali pun), untuk mewujudkan sebuah karya seni yang bulat utuh, ansambel, dan harmonis. Dalam kondisi demikian, seni teater sebagai seni kolektif, bisa memupuk sikap kerja sama, gotong royong, solidaritas, toleransi atau tenggang rasa, dan demokrasi. Maka, proses penciptaan dan proses pengkajian seni teater sebagai seni pertunjukan untuk bisa menghayati dan memahami kandungan maknanya bersifat hirarkis, berkesinambungan, berkelanjutan secara timbal-balik (formula dramaturgi). Untuk itu diperlukan kecermatan, kehati-hatian, dan nyali yang tinggi, bersifat multi dan atau interdisipliner, lintas dan silang budaya – budaya lokal – nasional – regional – global, dan begitu sebaliknya.

III
Dalam kaitannya dengan konteks budaya, karya seni, termasuk seni teater, sejak awal kehadirannya tidak dalam keadaan kosong. Artinya, kondisi sosial budaya sangat berpengaruh terhadap karakteristik seni. Sosial budaya Indonesia yang multi etnik, multi kultur, multi dimensi, menjadikan seni teater di Indonesia tidak steril dari pengaruh kondisi lokal – global.
Seperti halnya terhadap bidang-bidang ilmu dan cabang-cabang seni lainnya, seni sastra jenis seni drama dan atau teater sering dipertanyakan sebagai ilmu atau sebagai seni? Jawabnya tentu kedua-duanya, yaitu sebagai ilmu dan sebagai seni. Sebagai ilmu, seni teater dapat dikaji dan diteliti seperti ilmu-ilmu lainnya dengan menggunakan metode dan konvensi, kaidah, atau teori tertentu yang relevan dengan objek kajiannya. Sebagai seni, seni teater bisa dihayati dan dipahami seperti seni-seni yang lain yang bersifat verstehen, artinya lebih menekankan pada pemahaman daripada pengertian. Ada tiga konvensi yang harus digunakan untuk memahami setiap karya seni, termasuk seni teater, yaitu konvensi ‘bahasa’ (gramatika seni), konvensi seninya itu sendiri, dan konvensi budaya yang melingkupinya dimana karya seni itu berada.
Karena budaya Indonesia adalah multi etnik, multi kultur, dan pluralis, maka seni teater di Indonesia juga bersifat demikian. Betapa pun setiap daerah di Indonesia ada jenis seni teaternya sendiri (teater daerah atau teater tradisional), misalnya lenong di Betawi – Jakarta, kethoprak di Jawa Tengah dan Jawa Timur, wayang di Jawa dan Bali, lodrug di Jawa Timur, randai di Padang, makyong di Riau; bahkan seni pewayangan atau seni pedalangan di beberapa daerah di Indonesia dan di luar Indonesia misalnya Kelantan, India, Thailand, atau Cina, memiliki karakteristiknya masing-masing sesuai dengan budaya tempat seni pewayangan atau seni pedalangan itu berada, tumbuh dan berkembang. Hegemoni konvensi Barat terhadap seni tidak bisa dipungkiri, hal yang juga berlaku atau terjadi buat bidang-bidang ilmu pengetahuan yang lain di Indonesia. Namun, dalam proses penjadian, tumbuh, dan perkembangannya, seni (dalam hal ini seni teater), warna lokal telah ‘bercampur’ atau ‘lebur’ dengan warna lokal yang lain dan warna global, dengan berbagai teknik garap dan gaya masing-masing telah mewarnai karya-karya seni di Indonesia, tidak terkecuali seni teater. Bahkan, menurut hemat saya, karena sifatnya yang kolektif, kolaboratif, kompleks, tetapi ansambel dan harmonis, menjadikan seni teater di Indonesia sangat potensial punya warna lokal – global. Dengan kata lain, seni teater sangat potensial untuk dijadikan wahana pemersatu budaya bangsa dan budaya antar-bangsa. Yang pada gilirannya sangat berpotensi sebagai wahana pemersatu bangsa dan antar-bangsa. Melalui pergelaran bersama kesenian yang kolaboratif seperti seni teater, diharapkan kita, bangsa Indonesia, bisa terhindar dari konflik antar-etnik, antar-kultural, antar-suku, antar-daerah, dan ujung-ujungnya diharapkan bisa terhindar dari potensi timbulnya disintegrasi antar-daerah di seluruh wilayah Indonesia. Terhindar dari disintegrasi bangsa Indonesia.
IV
Dalam pandangan Sosiologi Seni dan Psikologi Seni, karya seni (dalam hal ini seni teater), diyakini banyak bergantung atau berkolerasi dengan faktor-faktor psiko-sosial dan kultural yang melingkupinya. Faktor-faktor psiko-sosio-kultural yang melingkupi tersebut meliputi psiko-sosio-kultural pencipta seni (psiko-sosio-kultural seni), psiko-sosio-kultural karya seninya itu sendiri (psiko-sosio-kultural seniman), dan psiko-sosio-kultural audience atau publiknya (psiko-sosio-kultural audience atau publik), termasuk para pejabat pemerintahan, para politisi, para penyelenggara kesenian (baik lembaga, kelompok, sanggar, atau perorangan).
Begitu kompleks dan kolaboratifnya seni teater, sejak masih dalam ide, gagasan atau angan-angan, proses penciptaan, garapan, dan proses penjadian dan penyajiannya, seni bukan hanya merupakan fokus sosiologi seni dan psikologi seni, tetapi juga fokus budaya dalam pengertian tidak sempit.
Melihat realita demikian, dengan mengambil contoh proses teater sebagai seni pertunjukan yang bersifat kolektif, kolaboratif, dan komunikatif dengan publiknya, kita bisa menyusun paradigma baru sebagai alternatif dalam menyusun konsep dan strategi kebudayaan (di) Indonesia yang multi etnik, multi kultur, dan pluralis ini sehingga terhindar dari potensi disintegrasi bangsa.


Oleh: Soediro Satoto

Selengkapnya.....

Seniman atau designer sejati

Kembali ke tahun 2002, saya duduk di samping seorang web designer yang mengajarkan bagaimana membuat sebuah website dengan menggunakan Photoshop. Sebenarnya, dia tidak pernah secara langsung mengajari saya, tapi saya sering mengamati bagaimana dia melakukan pekerjaannya. Kadang-kadang menanyakan sesuatu sama dia kalau saya bingung. Jujur, ilmu yang diterima saat itu sangat bermanfaat buat saya.

Suatu hari dia pernah bilang, dalam kehidupannya sebagai seorang web designer yang bekerja untuk sebuah perusahaan yang membutuhkan produksi massal, kita tidak perlu aliran atau genre tertentu. Designer sejati dilarang punya warna favorit, bentuk favorit, gaya gambar favorit dan apapun yang favorit lainnya. Dia harus netral dan luwes karena kebutuhan pasar juga terus berubah. Kalau maunya yang favorit, jadilah seniman karena seniman bebas dari tuntutan pasar.

Selengkapnya.....

25 Januari 2008

Seni rupa

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.

Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan

Selengkapnya.....

07 Januari 2008

Adakah Seni Rupa dalam Islam?

DI BALIK kontroversi yang marak di seluruh dunia baru-baru ini karena karikatur Nabi Muhammad yang termuat di koran Denmark, Jyllands-Posten, sesungguhnya terdapat perihal yang lebih mendasar, yakni perupaan sosok yang disucikan oleh Islam. Bagaimana sesungguhnya Islam melihat seni, khususnya seni rupa?

Saya kira, seni rupa, dalam hal ini lukisan dan patung, akan selalu bermasalah jika ditinjau dari doktrin Islam dan budaya Arab. Perupaan demikian tidak hanya terbatas pada sosok yang dianggap suci seperti para malaikat dan nabi, tetapi juga pada perupaan makhluk sekecil semut atau nyamuk. Ini terlihat dari beberapa hadis yang bersikap tegas melarang gambar dan patung. Hadis merupakan ajaran Islam yang kedua setelah Alquran.

Misalnya saja sebuah hadis yang diriwayatkan Muslim, “Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya di Hari Kiamat adalah pelukis.” Pelukis dan pematung dianggap “menandingi” Allah, dengan “menciptakan” makhluk bernyawa. Ditulis juga dalam hadis itu, mereka akan dipaksa “menghidupkan makhluk itu”; jika tidak bisa, mereka akan disiksa. Dalam riwayat Muslim yang lain, “malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar dan patung.” Demikianlah sederet dalil yang biasa digunakan untuk mengharamkan gambar dan patung.

Dalam konteks kelahiran Islam dalam ranah budaya Arab, perupaan dalam bentuk patung erat kaitannya dengan media kemusyrikan. Adapun Islam hendak menegakkan ajaran tauhid dan menghancurkan segala media kemusyrikan itu. Perupaan yang dikenal oleh bangsa Arab ketika Islam lahir tidak bertujuan seni, tapi sebagai kultus dan sembahan.

Yang lebih ekstrim lagi, hemat saya, bangsa Arab waktu itu tidak memiliki budaya dan seni yang bernilai tinggi. Apalagi bila kita bandingkan dengan beberapa peradaban besar yang lahir ribuan tahun sebelum Islam datang, misalnya peradaban-peradaban Firaun di Mesir, Babilonia di Irak, Yunani, Romawi, Persia, Yaman dan Ethiopia.

Kondisi geografis tidak memungkinkan bangsa Arab mendirikan pusat peradaban. Hidup di tengah gurun pasir yang tandus dan terkucilkan oleh bukit-bukit dan lembah yang gersang, mereka hidup nomaden untuk mencari oase dan padang rumput demi mempertahankan hidup.

Sangatlah berbeda dengan peradaban-peradaban kuno yang lahir dan berkembang di tepian sungai-sungai besar. Peradaban Firaun lahir di tepi Sungai Nil, Babilonia di Sungai Eufrat (Furat), India di Sungai Gangga, dan Tiongkok di Sungai Kuning. Jika kita percaya pada teori bahwa seni dan budaya yang berkualitas itu berasal dari taraf kehidupan bangsa yang tinggi, maka bangsa Arab tidak memiliki potensi itu. Kualitas seni yang dikenal oleh bangsa Arab hanyalah seni sastra yang tercatat dalam syair-syair Jahiliyah.

Namun hal itu pun diragukan oleh Thaha Husain dalam bukunya Fî al-Syi’ir al-Jâhilî (Puisi Jahiliyah). Menurutnya, syair-syair Jahiliyah itu bukan berasal dari zaman Jahiliyah pra-Islam, tetapi berasal dari praktik pemalsuan (intihâl) yang dilakukan oleh penyair-penyair bangsa Arab kemudian. Tujuannya memuji kemulian dan kebesaran bangsa Arab. Syair terindah dan terunggul akan diabadikan dengan digantungkan di Ka’bah sebagai penghormatan yang digelari al-mu’allaqât (syair-syair yang digantungkan). Hakikatnya, syair-syair tersebut adalah propaganda untuk menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Arab memiliki cita rasa seni, sastra dan budaya yang tinggi. Padahal, kenyataannya sungguh bertolak belakang. Inilah paradoks pencitraan bangsa Arab yang dalam Alquran disebut berbudaya Badui yang nomaden, menanam bayi perempuan hidup-hidup, suka berperang, dan memiliki sifat-sifat masyarakat tak berbudaya lainnya.

Bangsa Arab juga tidak mengenal peradaban fisik yang agung. Ka’bah sebagai simbol arsitektur bangsa Arab, tidak menarik secara estetis. Bentuknya hanya kubus dan dibangun dari tumpukan batu-batu. Bahkan ketika Ka’bah mengalami kerusakan, yang merenovasinya adalah tukang-tukang dari Koptik (Mesir). Para tukang itu memiliki kebiasaan bernyanyi dan memukul gendang. Dari mereka itulah, bangsa Arab mengenal lagu dan musik.

Demikian pula Masjid Nabawi di Madinah, yang didirikan dari batang pohon kurma dan tumpukan batu saja. Posisinya berhimpitan dengan rumah Nabi yang hanya dibatasi tirai kain. Bandingkan dengan peradaban Firaun di Mesir dan Babilonia di Irak, ribuan tahun sebelum Islam tiba, yang telah mampu membangun kota dan istana yang megah.

Bangsa Arab pun sudah mengenal seni patung. Tapi janganlah menyamakan itu dengan, misalnya, patung-patung zaman Firaun di Mesir. Patung Arab terbuat dengan pahatan kasar yang tidak memiliki kualitas seni sama sekali. Bahkan Umar bin Khattab yang kelak dikenal sebagai Khalifah kedua itu pernah membuat patung dari adonan kue sebelum dia masuk Islam. Setelah disembahnya patung itu pun dimakannya. Ini sungguh berbeda dengan tradisi patung-patung di tempat lain, yang di samping sebagai obyek pemujaan juga garapan seni. Islam datang tanpa memerikan sumbangsih apapun terhadap dunia seni. Seperti tradisi agama sebelumnya, Islam terpengaruh oleh struktur budaya masyarakat yang didatanginya. Akhirnya karakter Islam juga mengulangi budaya bangsa Arab. Yaitu sama-sama tidak memberi tempat yang layak pada seni. Namun Islam menyumbangkan penulisan, tradisi yang sebelumnya dianggap aib oleh bangsa Arab. Adapun perangkat hukum, ritual keagamaan dari solat, haji, puasa jelaslah berasal dari budaya masyarakat pra-Islam. Hal ini digambarkan secara apik oleh Khalil Abd Karim dalam buku al-Judzûr al-Târîkhiyyah li Syarî’ah al-Islâmiyah (Akar-akar Historis Syariat Islam).

Begitu juga menurut Mohammad Arkoun dalam karyanya Ayna Huwa al-Fikr al-Islâmî al-Mu’âshir (Di Mana Pemikiran Islam Kontemporer?). Menurutnya, Islam hanya mengubah orientasi dari simbol teologis menjadi simbol politis. Hal itu akibat pergumulan dengan ideologi bangsa Arab waktu itu. Sebelum Islam, simbol-simbol teologis tersebut digunakan sebagai alat ketaatan terhadap suku yang diwujudkan dalam berhala (patung).

Islam mengubah orientasi simbolik dari patung (berhala) menuju Tuhan (Allah). Adapun simbol-simbol teologis yang ampuh menundukkan ketaatan masyarakat tetaplah dipertahankan. Secara sederhana pertikaian antara Nabi Muhammad dengan suku-suku Arab merupakan pertarungan politis dengan simbol teologis yang sama. Patung adalah saingan Allah. Fanatisme kesukuaan (al-‘ashabiyah) adalah saingan persaudaraan Islam (al-ukhuwwah al-Islâmiyah). Sementara dukun (al-kâhin) dan penyair (al-syâ’ir) adalah saingan Nabi.

Kapan Islam bersentuhan dengan dunia seni? Menurut Ahmad Amîn seorang sejarawan muslim terkemuka dalam karyanya, Fajr al-Islâm (Fajar Islam), bangsa muslim pada dasarnya tidak mengenal seni, budaya dan peradaban. Mereka mengenal seni setelah keluar dari sarangnya, tanah Hijaz (Saudi Arabia saat ini). Islam baru bersinggungan dengan seni rupa, musik, dan arsitektur setelah menguasai pusat-pusat peradaban dunia pra-Islam. Terutama pada masa Dinasti Umayyah di Damaskus (Siria) dan Dinasti Abbasiah di Baghdad (Irak). Demikian juga tradisi-tadisi keilmuan Islam seperti tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam (teologi), dan tasauf, yang disusun dan dikodifikasikan karena pengaruh dari peradaban-peradaban lain.

Setelah Islam menguasai pusat-pusat peradaban, pendapat ekstrim yang melarang seni tidak lagi populer. Sebab, pemimpin-pemimpin politik yang berasal dari dinasti-dinasti Islam sangat menikmati kehidupan seni yang sekuler. Dinasti Umayyah memiliki peranan dalam mengembangkan tradisi-tradisi keilmuan Islam, mulai dari tafsir, hadis, fikih, dan penerjemahan filsafat Yunani. Mereka juga menikmati kehidupan seni musik, tari, rupa dan lain-lain. Dinasti Abbasiah sesudahnya adalah zaman keemasan, dan menjadi pusat peradaban dunia waktu itu. Sedangkan ulama agama yang ekstrim tidak berani menolak terang-terangan meskipun mengutuk secara diam-diam kehidupan penguasa Islam yang sekuler itu.

Jadi setelah merunut doktrin dan sejarah awal Islam, kita bisa menyimpulkan bahwa mencari pembenaran terhadap seni rupa dalam doktrin Islam adalah pekerjaan sia-sia. Namun bukan berarti perupaan terhadap Nabi tidak ada sama sekali. Penggambaran Nabi, baik dengan wajah terbuka ataupun dengan tertutup, nantinya ditemukan di kawasan Persia, Turki dan Asia Tengah. Perupaan tersebut merupakan “keusilan” para seniman yang hidup di alam sekuler, yang berasal dari luar tanah Hijaz (Arab), ataupun yang telah menjadi seniman sebelum masuk Islam. Misalnya sebuah lukisan yang dibuat pada 1315 di Tabriz, Persia (Iran), menggambarkan Nabi Muhammad tengah mengambil Hajar Aswad (Batu Hitam) dari selembar kain yang empat ujungnya dipegang oleh masing-masing kepala suku besar di Makkah. Cerita itu berasal dari kitab sejarah Jâmi’ al-Tawârikh karya Rasyid al-Dîn. Sedangkan manuskrip gambar itu saat ini berada di perpustakaan Universitas Edinburgh Inggris. Lukisan-lukisan lain yang menggambarkan sosok Nabi dengan wajah terbuka ditemukan di Bukhara (Uzbekistan) dan Herat (Afghanistan). Sedangkan lukisan sosok Nabi dengan wajah tertutup berasal dari perkembangan seni rupa dan arsitektur Dinasti Utsmaniyah di Turki. Kaligrafi yang sering diklaim sebagai seni Islam itu sebenarnya berasal dari tanah Persia. Sementara itu, mayoritas intelektual muslim yang menulis tafsir, hadis, tasauf, dan sains, bukanlah orang-orang Arab. Sebut saja al-Bukhari, Muslim, al-Ghazali, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-Razi, al-Khawarizmi, al-Jabar, al-Haytsam, dan lain-lain. Bahkan ahli bahasa Arab yang terkenal sekalipun, al-Sibawih, bukanlah orang Arab. Sangatlah mengherankan bila ada ajakan untuk kembali ke zaman Nabi, Khulafaa al-Rasyidin, dan era salaf a-shâlih (orang-orang terdahulu yang salih). Sebab itulah ajakan untuk kembali pada era masyarakat yang terbelakang. Marilah kita menyadari bahwa seni yang sering diklaim sebagai seni Islam bukanlah berasal dari ajaran normatif Islam, tapi dari sisi-sisi historis Islam. Bukan Islam sebagai sebuah agama an sich, tapi Islam yang telah berinteraksi dengan berbagai peradaban pra-Islam.

Selengkapnya.....

Teater

Teater yang Gagap Menilai Tanda



Bicara tentang teater Indonesia adalah gumaman dengan segumpal emosi kemarahan, kesedihan, keputusasaan, ketidakpedulian. Tetapi juga kepingan harapan dan impian yang coba untuk terus disusun dengan tangan yang gemetar dan napas tersengal.
Teater masih tumbuh pada wilayah-wilayah lokal yang sempit di antara para individu yang saling kenal, semacam arisan ibu-ibu kampung yang bergilir dari rumah yang satu ke rumah lainya.
Ketika dia berkeinginan untuk beranjangsana ke daerah yang baru, ke rumah salah seorang sahabat yang di kenal di luar kampung, maka yang muncul kemudian adalah kecemburuan, kesinisan, penelanjangan tubuh untuk mencari kotoran yang terselip di antara lipatan tubuh yang tersembunyi, lalu berseru dengan puas, ”Apa ini?”
Selama rentang 365 hari yang masih terngiang, ternyata kita masih harus meraba-raba, apa yang sebenarnya sudah terjadi dalam ranah teater itu. Memang ada letupan-letupan kecil, igauan atau suara-suara, tapi itu hanya peristiwa yang muncul sesaat-sesaat, yang hanya terdengar dalam lingkaran area kecil; dan berlalu sunyi. Kemudian berganti dengan segala peristiwa keseharian yang ternyata lebih mengoyak kesadaran kerja otak dan rimbunan emosi perasaan kita. Kisah tentang pemboman; pemerkosaan atau kehidupan politik di negeri ini, misalnya; ternyata lebih memiliki kekuatan dramaturgi dengan adegan-adegan yang sangat teaterikal. Sungguh sangat menyentuh.
Teater hanya mampu merasa sedih dan gundah karena hampir semua pranata dalam dirinya telah dicuri dan dimanfaatkan pihak lain. Teater kehilangan cerita, kehilangan plot, gagap menilai tanda. Teater sudah kalah posisi. Merasa termarjinalkan. Tidak lebih dari sekadar hiburan untuk kalangan sendiri.
Hal itu mengakibatkan kian parahnya keputusasaan yang telah lama menjangkiti teater. Untuk mengimbangi dominasi kisah-kisah itu, teater lalu berjibaku dengan centang-perenang kondisi tubuhnya.
Ada nafsu untuk tetap dianggap masih terlibat dengan permasalahan di luar dirinya. Sebuah semangat yang membabi buta, tidak jelas mau bicara apa. Teater menjadi gerakan yang demonstratif, bak pahlawan Don Quixote. Ada ketidakpedulian pada proporsi dirinya sendiri. Yang penting ”wah”.
Di sini permasalahan jadi lain, bukan pada hasil presentasi teater sebagai wacana seperti yang seharusnya, tapi justru hanya pada apa-apa yang menggerogoti tubuh teater. Sepertinya ini sesuatu yang mengada-ada dan terkesan dramatis, tapi itulah yang terjadi. Mengapa kemudian teater dianggap selalu penuh dengan masalah yang bertahun-tahun tak terselesaikan.

***

Teater tidak harus melulu sesuatu yang kontekstual, atau bahkan reaksioner. Tetapi juga sebuah hasil penjarakan dari yang ada. Sebuah hasil penilaian—meski bukan suatu yang niscaya—yang membuat penontonnya merasa selalu terusik kesadarannya. Sebuah mimpi yang terus mengganggu.
Teater bukanlah media koran atau televisi yang mempunyai sifat untuk terus memperbarui setiap peristiwa yang diberitakan. Sebab kalau seperti itu, apa pentingnya teater? Dia cuma corong yang menyediakan dirinya untuk ditiup oleh siapa saja yang ingin meniupnya. Analogi yang tepat, mungkin: Teater adalah sebuah jurnal.
Sebuah terbitan jurnal tidak harus memuat sesuatu yang masih hangat dan kontekstual, tapi lebih pada sesuatu yang dapat menjadi wacana dengan sebuah gagasan. Sebuah tema yang sederhana dan remeh-temeh, bisa menjadi besar dan menarik karena ada gagasan di dalamnya. Di situlah posisi teater.
Memperlihatkan sesuatu yang luput dari penglihatan. Sehingga, hanya untuk menunjukkan rasa keterlibatan dirinya pada setiap permasalahan, teater tidak harus bicara seperti tentang pembunuhan massal, tentang korupsi atau tentang terorisme, misalkan. Teater harus membebaskan dirinya dari segala kepentingan dari pihak mana pun di luar kepentingan dirinya sendiri.

***

Teater sebagai sebuah seni pertunjukan, memang sangat diminati. Apalagi dalau di dalamnya diselipkan seorang public figure, dia dapat menarik sponsor dan laku dijual. Sesuatu yang jamak di dunia hiburan.
Tapi teater bukan sekadar seni pertunjukan—itu hanya bagian dari wajah teater. Pada sisi yang lain, dia adalah sebuah proses yang terus bergerak maju untuk suatu perubahan, sebagai hasil kerja berpikir dan merasa.
Ketika peristiwa-peristiwa begitu meneror keseharian kita, menciptakan sekat dalam melihat dan menilai, ada wilayah yang tanpa sadar kita tinggalkan. Sebuah ruang yang menyediakan dirinya untuk tempat bertemu dan berinteraksi antara imaji-imaji purba kita dengan sari-pati dari setiap peristiwa.
Saling bersimbiosis membentuk suatu pengertian dengan daya ungkap dan bahasa yang baru. Sebuah pemahaman estetik dari realita. Dari sini kesenian(baca: teater) berakar. Bila seperti itu, tentunya ada yang tersisa setelah pertunjukan usai; ketika lampu sudah dimatikan; sesudah sutradara dan pemain menikmati ”orgasme” di panggung. Apa yang akan dibawa pulang oleh penontonnya? Kita tahu, ini permasalahan yang sebenarnya dari teater. Yang membelenggu kedirian teater.
Sampai saat ini, teater Indonesia masih takut dengan perubahan yang mungkin pada dirinya sendiri. Tidak yakin dan gamang, sehingga harus bertahan dengan posisi yang sudah dimiliki. Maka yang terjadi hanyalah pengulangan-pengulangan bentuk agar dirinya tidak dianggap mati. Padahal, justru ketika dia sudah merasa mapan; tidak berani untuk selalu me-radikal-i dirinya sendiri; statis, saat itulah dia sudah mati. Bukan lagi teater dalam artinya yang utuh. Hanya sekadar teater sebagai seni pertunjukan yang menghibur, atau menjelma seni tradisi. Itu pun kalau berhasil. Tidak lebih.
Pintu 2002 sudah ditutup. Sisa-sisa makanan dan kotoran mulai dikumpulkan ke dalam bak sampah. Yang tertinggal hanya bau yang menggantung di udara, suara-suara yang kian sayup di balik pintu. Juga, sedikit kesan dan rasa yang terlanjur menggayut di kalbu. Dan teater, adalah sebuah organisme yang hidup. Dia dapat bergerak ke mana saja sesuai keinginan dirinya. Yang selalu ingin mencoba memasuki wilayah dan bahasa yang baru. Teater tidak pernah diam dengan dirinya sendiri. Dia bisa merayap, kadang melompat-lompat. Sesekali terbang menuju lembah, lalu berenang sampai ke dasar palung: Menyampaikan mimpinya sendiri.


Penulis adalah pekerja teater.

Selengkapnya.....

Design Dheedy_AS Dzelque Blogger Templates 2007-2008